Senin, 29 Desember 2008

Tehnik dan Teknologi Pengawetan pada Makanan - Pendinginan, Pengasapan, Pengalengan, Pengeringan, Pemanisan dan Pengasinan

Untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan beberapa teknik baik yang menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi yang sederhana. Caranya pun beragam dengan berbagai tingkat kesulitan, namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikro organisme pada makanan. Berikut adalah beberapa teknik standar yang telah dikenal secara umum oleh masyarakat luas dunia.

1. Pendinginan
Teknik ini adalah teknik yang paling terkenal karena sering digunakan oleh masyarakat umum di desa dan di kota. Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan makanan pada tempat atau ruangan yang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di wadah yang berisi es.
Biasanya para nelayan menggunakan wadah yang berisi es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Di rumah-rumah biasanya menggunakan lemari es untuk mengawetkan sayur, buah, daging, sosis, telur, dan lain sebagainya. Suhu untuk mendinginkan makanan biasa biasanya bersuhu 15 derajat celsius. Sedangkan agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu 0 sampai -4 derajat selsius.

2. Pengasapan
Cara pengasapan adalah dengan menaruh makanan dalam kotak yang kemudian diasapi dari bawah.
Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan dan pengeringan.

3. Pengalengan
Sistem yang satu ini memasukkan makanan ke dalam kaleng alumunium atau bahan logam lainnya, lalu diberi zat kimia sebagai pengawet seperti garam, asam, gula dan sebagainya. Bahan yang dikalengkan biasanya sayur-sayuran, daging, ikan, buah-buahan, susu, kopi, dan banyak lagi macamnya. Tehnik pengalengan termasuk paduan teknik kimiawi dan fisika. Teknik kimia yaitu dengan memberi zat pengawet, sedangkan fisika karena dikalengi dalam ruang hampa udara.

4. Pengeringan
Mikro organisme menyukai tempat yang lembab atau basah mengandung air. Jadi teknik pengeringan membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin dengan cara dijemur, dioven, dipanaskan, dan sebagainya. Semakin banyak kadar air pada makanan, maka akan menjadi mudah proses pembusukan makanan.

5. Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan. Contoh makanan yang dimaniskan adalah seperti manisan buah, susu, jeli, agar-agar, dan lain sebagainya.

6. Pengasinan
Cara yang terakhir ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan makanan. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan dengan pengeringan.

PERBAIKAN DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH NON EKONOMIS IKAN MENJADI GELATIN

Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis kolagen tulang dan kulit yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan industri, baik industri pangan maupun non-pangan karena memiliki sifat yang khas, yaitu dapat berubah secara reversibel dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid. Pada suhu 71°C gelatin mudah larut dalam air dan membentuk gel pada suhu 49°C. Gelatin memiliki sifat larut air sehingga dapat diaplikasikan untuk keperluan berbagai industri.

Industri yang paling banyak memanfaatkan gelatin adalah industri pangan. Dalam industri pangan, gelatin digunakan sebagai pembentuk busa (whipping agent), pengikat (binder agent), penstabil (stabilizer), pembentuk gel (gelling agent), perekat (adhesive), peningkat viskositas (viscosity agent), pengemulsi (emulsifier), finning agent, crystal modifier, thickener. Dalam bidang farmasi, gelatin dapat digunakan dalam bahan pembuat kapsul, pengikat tablet dan pastilles, gelatin dressing, gelatin sponge, surgical powder, suppositories, medical research, plasma expander, dan mikroenkapsulasi. Dalam industri fotografi, gelatin digunakan sebagai pengikat bahan peka cahaya. Dalam industri kertas, gelatin digunakan sebagai sizing paper. Dengan kegunaan tersebut penggunaan gelatin sangat meluas hingga untuk produk-produk keperluan sehari-hari.

Untuk kebutuhan dalam negeri, Indonesia mengimpor lebih dari 6 200 ton gelatin (tahun 2003) atau senilai US$ 6,962,237 dari berbagai negara (Perancis, Jepang, India, Brazil, Jerman, Cina, Argentina, dan Australia). Sampai saat ini bahan baku yang banyak digunakan untuk produksi industri gelatin konvensional adalah tulang dan kulit sapi dan babi. Penggunaan tulang dan kulit sapi akan menjadi masalah bagi para pemeluk agama Hindu. Bagi umat Islam dan Yahudi, bahan-bahan yang berasal dari babi adalah tidak boleh dikonsumsi. Bagi sebagian orang juga khawatir untuk mengkonsumsi limbah sapi karena adanya penyakit sapi gila (mad cow), penyakit mulut dan kuku (foot and mouth), dan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) sehingga perlu dipikirkan sumber gelatin lainnya yang aman dan halal untuk alternatif produksi gelatin, mengingat kebutuhan gelatin yang semakin meningkat di Indonesia. Alternatifnya adalah menggunakan tulang dan kulit ikan sebagai sumber kolagen yang sebenarnya merupakan limbah industri pengolahan ikan.

Gelatin merupakan suatu turunan protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Tulang dan kulit ikan keras (teleostei) merupakan limbah dari proses pengolahan hasil perikanan yang selama ini tidak dimanfaatkan dan akan menimbulkan kerugian terutama pencemaran lingkungan jika dalam jumlah besar. Penggunaan tulang ikan keras ini dapat dijadikan sebagai suatu alternatif non konvensional untuk mencari sumber gelatin selain dari kulit dan tulang sapi maupun babi. Tulang ikan mengandung kolagen. Apabila kolagen dididihkan di dalam air yang dikombinasikan dengan perlakuan asam atau basa, akan mengalami transformasi menjadi gelatin. Kandungan kolagen pada tulang ikan keras (teleostei) berkisar 15-17%, sedangkan pada tulang ikan rawan (elasmobranch) berkisar 22-24%.

Laju pertumbuhan ekspor perikanan Indonesia dalam kurun waktu 1998-2000 terjadi peningkatan. Pada tahun 1998 volume ekspor sebesar 650 291 ton dan meningkat menjadi 203 155 ton pada tahun 2000. Dengan jumlah ekspor tersebut jika diasumsikan adalah dalam bentuk fillet ikan bertulang keras (tuna, kakap merah, dsb), maka akan dihasilkan limbah tulang ikan sebanyak 87 472 ton. Hal ini berdasarkan perhitungan bahwa rendemen tulang ikan adalah 12%. Jika tulang ikan basah dijadikan dalam bentuk kering maka rendemennya adalah 12.25% sehingga diperoleh tulang ikan kering sebesar 10 715 ton; dan selanjutnya akan diperoleh gelatin sejumlah 1 648 ton (bila rendemen 15.38%). Jika harga 1 gram gelatin adalah US$ 1 (tahun 2003 di USA) maka akan dihasilkan devisa sebanyak US$ 1 648 juta. Nilai ini sangat menguntungkan karena tulang ikan yang selama ini merupakan limbah non ekonomis dapat dimanfaatkan dan bernilai tinggi.

Tabel 1. Penggunaan gelatin dalam industri pangan dan non pangan di dunia (1999)

Jenis industri pangan
Jumlah penggunaan (ton)
Jenis industri non pangan
Jumlah penggunaan (ton)

Lebih dari 60% total produksi gelatin digunakan oleh industri pangan, seperti dessert, permen, jeli, es krim, produk-produk susu, roti, kue, dan sebagainya. Sekitar 20% produksi gelatin digunakan oleh industri fotografi dan 10% oleh industri farmasi dan kosmetik. Kondisi serupa pun terjadi di Indonesia. Seiring dengan makin berkembangnya industri pangan, farmasi dan kosmetik di Indonesia, kebutuhan akan gelatin pun makin meningkat. Namun sayangnya, meningkatnya kebutuhan gelatin di Indonesia ternyata belum banyak direspons oleh industri dalam negeri untuk memproduksinya secara komersial. Karena itu, tak heran jika untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia masih harus mengimpornya dari berbagai negara.

Tabel 2. Impor gelatin Indonesia (BPS, 2004)

Tahun
Gelatin (kg)
US$

Tabel 3. Perusahaan Pengguna Gelatin

Nama Perusahaan
Bidang Usaha
Lokasi

Proporsi bagian tubuh ikan bervariasi tergantung jenis dan ukuran ikan. Kulit dan tulang ikan dapat diperoleh dari limbah industri fillet ikan yang banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, baik untuk tujuan pemasaran lokal maupun ekspor. Selain itu, tulang dan kulit ikan dapat diperoleh dari limbah pada industri pengalengan/fillet tuna maupun ikan-ikan dasar ekonomis penting.

Salah satu model yang dapat dikembangkan untuk produksi gelatin ini adalah dengan menempatkan kegiatan pengolahan gelatin ini pada industri fillet ikan yang menghasilkan limbah non ekonomis sebagai bagian produksi. Sebagai contoh, industri fillet ikan memanfaatkan limbah tulang, kulit, dan bagian tubuh lain untuk menghasilkan gelatin. Dengan model ini, industri fillet tersebut akan mendapatkan nilai komersial tambahan sekaligus mendapatkan cara untuk mengatasi limbahnya.

Model lain adalah dengan mengembangkan usaha pengolahan gelatin ini di daerah sentra perikanan. Bahan baku dapat diperoleh dengan mengumpulkan limbah tulang dan kulit dari industri atau pengolahan ikan di sekitarnya. Dengan model ini akan tumbuh usaha-usaha baru pengumpulan limbah tersebut sehingga membuka usaha dan lapangan kerja baru. Di sisi lain, model ini sekaligus membantu mengatasi masalah penanganan limbah.

Karena itu, ikan sebagai bahan baku gelatin memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Terlebih lagi gelatin dari ikan ini dapat menggunakan kulit dan tulang ikan yang pada dasarnya adalah limbah industri pengolahan ikan. Sumber bahan bakunya pun banyak ditemukan. Maka pengembangan produksi gelatin dengan bahan baku ikan tidak hanya mampu mengatasi masalah yang bertentangan dengan agama, tetapi juga dapat diproduksi menggunakan bahan yang cukup murah, membuka lapangan kerja baru, yang sekaligus membantu mengatasi masalah lingkungan.

Sifat fisik, kimia, dan fungsional gelatin merupakan sifat yang sangat penting menentukan mutu gelatin. Sifat yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan mutu gelatin antara lain adalah kekuatan gel, viskositas, dan rendemen. Tabel 4 di bawah ini akan memperlihatkan standar mutu gelatin menurut SNI (1995).

Tabel 4. Standar mutu gelatin di Indonesia (SNI, 1995)

Karakteristik
Syarat

Tabel 5. Sifat fisiko-kimia gelatin komersial dan gelatin ikan

Parameter
Gelatin tulang ikan keras (patin)
Gelatin standard (SIGMA)
Gelatin komersial (tulang sapi)

ANALISA BIAYA PERALATAN DAN PRODUKSI 1 TON BAHAN BAKU (PER BATCH)

No
Jenis Sarana
Jumlah
Prediksi Harga
(Rp, juta)

Total Perkiraan Biaya : 5,2484 Milyar

LAMA PRODUKSI GELATIN (KULIT IKAN TUNA)
Tahap-tahap pengolahan :
Degresing : 36 jam
Swelling : 24 jam
Pencucian : 24 jam
Ekstraksi : 7 jam
Evaporasi : 16 jam

Pengaruh Pengolahan Ikan Tongkol terhadap Penurunan Kadar Pb

Dengan meningkatnya perkembangan industri baik industri migas, pertanian maupun industri non migas lainnya maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh hasil buangan industri tersebut yang disebut limbah. Air sering tercemar oleh komponen anorganik diantaranya adalah berbagai logam berat yang terbanyak. Logam berbahaya yang mencemari lingkungan terutama adalah Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Ni. Dari logam berat tersebut yang sering mencemari air yaitu Hg dan Pb. Dari penelitian terdahulu tentang pemeriksaan timbal dalam ikan tongkol mentah di Pasar Kenjeran tahun 2002 didapatkan hasil bahwa 87% ikan tongkol di daerah tersebut mengandung logam berat Pb. Penelitian juga pernah dilakukan di daerah Kenjeran pada tahun 2000, terhadap kerang dan kepiting. Masyarakat paling senang mengkonsumsi ikan tongkol sebagai lauk, sebab ikan tongkol merupakan sember protein, vitamin dan gizi lainnya yang sangat baik. Mengkonsumsi daging ikan tongkol dapat mengingkatkan vitalitas hidup, kecerdasan dan terutama kesehatan. Ikan tongkol dapat dikonsumsi sebagai ikan segar (ikan basah), sebagai ikan kering yang diasinkan atau juga sebagai ikan kalengan hasil teknologi pangan modern. Karena ikan adalah hewan yang dapat tercemar oleh logam melalui pencemaran lingkungan. Oleh karena ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat seharusnya tidak mengandung logam berat melebihi batas maksimum sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989.

Tujuan penelitian untuk mengetahui kandungan logam berat Pb pada Ikan tongkol sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan(direbus, digoreng dan dipepes). Penelitian dilaksanakan di Surabaya pada tahun 2005.

Dari hasil penelitian didapat bahwa sumber ikan berasal dari Pasuruan Sidoarjo, hal ini dilakukan karena hasil tangkapan ikan dari Pasuruan dan Sidoarjo kebanyakan dipasarkan di Surabaya. Meskipun kadang-kadang ada pula yang berasal dari hasil tangkapan di perairan Tuban. Namun yang dominan ikan tongkol yang ada dipasar Surabaya berasal dari Pasuruan dan Sidorajo, karena jaraknya lebih dekat sehingga transportasi lebih mudah serta mengurangi kerusakan ikan. Hasil analisis statistik menjelaskan homogenitas sample sampel cukup dan Uji T menjelaskan ada pengaruh bermakna pada setiap pengolahan terhadap penurunan logam berat Pb pada ikan tongkol. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Pb pada ikan yang berasal dari Pasuruan dan Sidoarjo tidak jauh berbeda. Ini menunjukkan bahwa sumber ikan tidak mempengaruhi kandungan Pb-nya. Dari hasil pemeriksaan laboaratorium didapatkan hasil bahwa rata-rata kandungan Pb dalam ikan segar sebesar 3,21 ppm.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas Maksimum Cemaran Logam dalam makanan untuk ikan dan hasil olahan sebesar 2 mg/kg (ppm). Ini menunjukkan bahwa ikan tongkol yang dijual di pasar Wonokromo dan pasar Pabean baik yang berasal dari Pasuruan dan Sidoarjo menunjukkan angka yang sama yaitu semua diatas nilai ambang batas dan melebihi persyaratan yang sudah ditentukan.

Terdapat pengaruh yang bermakna terhadap penurunan kandungan logam berat pada ikan yang diolah (p<0,05),>

Masyarakat disarankan membeli dan konsumsi ikan yang sudah diolah sehingga kandungan logam beratnya rendah dan menjadi aman dikonsumsi. Bagi masyarakat yang konsumsi ikan tongkol supaya melakukan pengolahan dengan pemanasan tinggi.

Bahan Kuliah PIPI

A.Pengertian Umum


Pengertian umum berdasarkan Undang-undang RI No 31 tahun 2004, tentang Perikanan :

Penangkapan Ikan :

kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya

Kapal perikanan :

kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan

Nelayan :

orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan

Nelayan kecil :

orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Laut teritorial Indonesia :

jalur laut selebar 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia

Perairan Indonesia :

laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya

Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI):

jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil laut yang diukur dari garis pangkal laut teritorial Indonesia

Laut lepas :

bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI, laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman Indonesia

Pelabuhan perikanan :

tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan

Perikanan adalah :

suatu usaha yang menghasilkan, yaitu usaha mengeksploitasikan seluruh benda-benda yang hidup/berada di suatu perairan (aquatic resources). Dalam hal ini adalah sumberdaya ikan

Eksploitasi dapat ditempuh dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan usahanya

Perikanan sebagai suatu usaha, dimulai dengan usaha penangkapan ikan (fishing), atau mengumpulkan aquatic resources lainnya.

Setelah itu baru timbul jenis usaha lain (handling, processing, marketing dsb)

Fishing lebih besar usahanya dilakukan di laut dibanding dengan perairan darat

Sehingga fishing lebih sering dikatakan suatu usaha perikanan di laut

B. Fishing vs Hunting


Fishing juga memerlukan pemikiran lebih banyak dari pada hunting

Fishing memerlukan alat-alat dan perlengkapan yang banyak dibanding hunting

Aquatic resources yang menjadi tujuan fishing mempunyai media hidup air dan berbeda dengan media hidup orang.

Dengan demikian tingkah laku masing-masing aquatic resources berbeda responnya terhadap perlakuan yang diusahakan manusia untuk menangkapnya.

Ikan-ikan akan bergerak melarikan diri baik secara horizontal maupun vertikal dengan ruang lingkup media yang berbeda dengan manusia

Media air mempunyai tekanan massa air yang berbeda dalam setiap kedalaman.

setiap pertambahan kedalaman air 10 m, maka tekanan akan bertambah satu atmosfeer.

Jadi apabila ikan yang akan ditangkap melarikan diri ke arah vertikal, maka sangat sulit alat tangkap untuk menyesuaikan dengan setiap kedalaman air.

Tujuan fishing, yaitu :

Leisure fishing (game fishing) dan Commercial fishing

Commercial fishing bersifat suatu usaha untuk menghasilkan, maka dalam melakukan fishing menggunakan berbagai ilmu-ilmu dasar atau ilmu yang bersifat aplikasi, misal : biologi, ekologi, fisika, oseanografi, meteorologi dan klimatologi, elektro, mesin dsb.

Dengan demikian perkembangan fishing akan sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu tadi.


C. Perikanan vs Pertanian


Perikanan seperti halnya pertanian termasuk ke dalam industri tingkat pertama (primary industry), yaitu menghasilkan bahan-bahan mentah (bahan baku) untuk diolah pada tingkat berikutnya

Dengan lahirnya kegiatan-kegiatan handling, processing, marketing, maka usaha perikanan ada yang termasuk industri tingkat kedua, ketiga dsb.

Perbedaan sifat antara usaha perikanan dengan usaha perikanan :

1. Terdiri dari banyak aquatic resources dan belum diketahui seluruhnya

Pekerjaan fishing dilakukan di atas kapal yang sangat dipengaruhi oleh gelombang, arus, angin dsb yang menyebabkan dalam bekerja dibutuhkan keahlian, kondisi fisik dan mental tersendiri

2. Aquatic resources berada didaerah bebas usaha (fishing ground milik bersama).

Dengan demikian akan terjadi kompetisi yang luas atau tidak jelas batasnya

Ikan-ikan yang menjadi tujuan usaha dapat bergerak berpindah-pindah (migrasi atau ruaya)

3. Jenis, stok dan populasi ikan tidak tetap, karena dipengaruhi oleh kondisi sekelilingnya dan fishing ground selalu berpindah.

Dengan demikian sulit untuk meramalkan hasil tangkapan

4. Usaha perikanan akan banyak melahirkan usaha-usaha yang lain

Pekerja (nelayan) kurang dalam hidup bermasyarakat

5. Usaha perikanan tangkap tidak memerlukan perawatan, pemupukan, pemberantasan hama, bibit unggul dll.

Tetaapi ancaman usaha perikanan tangkap adalah over fishing, maka perlu pengelolaan dalam usaha perikanan tangkap.


D. Ciri Khas Usaha Perikanan


  1. Ikan hidup di permukaan, pertengahan dan atau dasar air, sehingga tidak tampak oleh mata secara langsung. Oleh karena itu sulit diduga keberadaan dan jumlah atau potensinya. Untuk menangkap dilakukan dengan berburu
  2. Walaupun ikan hidup di air, tetapi belum tentu ada di suatu tempat atau wilayah perairan. Berarti tidak semua perairan merupakan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
  3. Ikan selalu bergerak dan berpindah tempat (migrasi), berlaku secara musiman, sehingga terjadi musim penangkapan ikan yang belum tentu sama dengan daerah lain
  4. Ikan termasuk komoditi yang mudah rusak dan cepat busuk, sehingga memerlukan kecepatan dalam proses pemasarannya. Apabila tidak cepat akan mempengaruhi mutu dan harga ikan
  5. Sumberdaya ikan dapat punah atau habis apabila mengalami tekanan penangkapan.
  6. Sumberdaya ikan adalah milik bersama (common properties), sehingga mudah mengalami over fishing
  7. Dalam operasi penangkapan memerlukan keahlian khusus dan kerjasama antar ABK atau nelayan
  8. Operasi penangkapan tidak bisa dilakukan penuh dalam satu tahun
  9. Harga ikan di TPI ditetapkan berdasarkan lelang.
  10. Usaha penangkapan dengan sistem bagi hasil, biaya operasional penangkapan hanya dilakukan satu kali, trip selanjutnya dipotong dari hasil kotor lelang
  11. Usaha perikanan tangkap beresiko tinggi
  12. TPI sering berbau amis atau busuk

E. Pengertian Penangkapan Ikan


Proses penangkapan ikan adalah upaya pemanfaatan yang dilakukan dengan sengaja dan terarah terhadap sistem penangkapan ikan, salah satu unsurnya adalah ikan

Pengaruh alat terhadap ikan adalah input

Reaksi ikan terhadap alat merupakan output

Ada dua tahapan utama penangkapan ikan :

  1. Mempengaruhi atau mengendalikan tingkah laku dan kebiasaan ikan untuk tertarik, atau menggiringnya ke tempat yang diinginkan
  2. Penangkapan ikan, yaitu saat ikan ditangkap dan diambil dari perairan

Dalam mempengaruhi atau mengendalikan tingkah laku dan kebiasaan ikan yang efektif diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan untuk menimbulkan rangsangan agar ikan yang menjadi sasaran bereaksi seperti yang diinginkan

Mengubah perilaku ikan adalah menggiring ikan berenang ke arah yang diinginkan melalui pengaruh indera penglihatan, penciuman, peraba dan pendengaran

Rangsangan dapat menimbulkan reaksi ikan : menarik, menolak dan menipu sehingga ikan tidak menghindari alat penangkap

Stimulan ikan terhadap alat tangkap menyebabkan ikan panik dan melindungi diri dengan jalan merubah arah renang, menyebar, bergerak naik atau turun dan berusaha menerobos alat tangkap.

Reaksi ikan akan lebih komplek jika diberikan stimulan tambahan

Lima mekanisme utama penangkapan ikan :

  1. Menjerat dengan jaring (gill net)
  2. Memerangkap (bubu, set net, sero)
  3. Menyaring (pukat)
  4. Memancing (pancing, long line)
  5. Menombak (harpoon)
  6. Memompa, yaitu membuat arus kuat yang tidak bisa ditentang ikan, kemudian dihisap kedalam sistem penampungan

F. Istilah-istilah dalam Penangkapan Ikan


Fishing : usaha melakukan penangkapan atau pengumpulan ikan dan jenis-jenis aquatic resources lainnya (ikan dan aquatic resources mempunyai nilai ekonomis)

Fishing day : jumlah hari yang dipakai pada suatu operasi penangkapan

Fishing operation : operasi penangkapan ikan

Trip duration : lama waktu (hari) sejak saat load sampai anload , termasuk lama waktu pelayaran ke dan dari fishing ground

Actual fishing day : jumlah hari dimana usaha penangkapan betul-betul dilakukan, tidak termasuk hunting day (pelayaran menemukan fishing ground yang baru)

Fishing trip : jumlah pelayaran untuk tujuan penangkapan dalam satu satuan waktu (bulan, tahun). Sering disingkat dengan trip/month, trip/year

Fishing technique : teknik untuk melakukan fishing, yang berarti bahwa kapal, alat dan cara-cara tertentu

Fishing methods : kebiasaan, cara, teknik yang dipergunakan agar ikan dapat tertangkap. Ada yang menulis Fish Cathcing Methods

Fishing gears : alat-alat dan perlengkapan yang digunakan untuk tujuan fishing

Fishing tactics : cara pengoperasian jaring (alat-alat) menemukan ikan yang menjadi tujuan, juga cara memanfaatkan behaviour untuk menaikan sfisiensi dari suatu fishing methods

Bulk fishing : alat tangkap yang mampu menangkap ikan dalam jumlah yang besar

Fishing ground : perairan tempat melakukan kegiatan penangkapan ikan

Fishing port : pelabuhan tempat berangkat atau merapatnya kapal penangkapan ikan

Catchable area : area pada suatu perairan tempat ikan dapat ditangkap

Fishing boat : kapal-kapal yang dipergunakan untuk tujuan fishing. ada juga yang menggunakan istilah fishing vessel, fishing craft

Suatu fishing methods harus dilandasi dengan suatu pengetahuan yang mendalam tentang fish behaviour, baik sebagai individu ikan maupun sebagai suatu shoal, dalam saat tertentu ataupun dalam suatu periode musim, dalam keadaan alamiah ataupun dalam keadaan diberikan perlakuan-perlakuan penangkapan



G. Klasifikasi Teknik Penangkapan Ikan


Prinsip klasifikasi adalah bagaimana ikan itu tertangkap.

Ada beberapa perbedaan klasifikasi menurut para ahli, hal ini disebabkan karena perbedaan titik pandang, tujuan dan kondisi perairan.

Adapula yang memandang dari sudut apakah alat tersebut aktif atau pasif

Klasifikasi menurut Kamakichi Kishinouye (1902)

ada 10 jenis alat penangkap ikan :

  1. Memaksa ikan dengan suatu kecepatan untuk memasuki daerah alat penangkap, arus air dihadang pada arah kanan dan kiri, penghadang makin lama makin menyempit sehingga arus mencapai suatu kecepatan yang tidak mampu lagi dilawan oleh ikan. Dengan demikian ikan secara terpaksa masuk ke dalam alat penangkap ikan, misal jermal
  2. Menghadang arah renang ikan (gill net)
  3. Mengajak atau menggiring lalu menyesatkan ikan ke alat penangkap (sero)
  4. Mengusahakan masuk ke alat penangkap dengan mudah, tetapi dengan mempersulit keluar atau mengurung (bubu)
  5. Menggarit, menggaruk (untuk kerang-kerangan)
  6. Menjerat (gill net)
  7. Terkait dan tidak terlepas lagi (pancing)
  8. Mencemarkan keadaan lingkungan hidup ikan (mengeruhkan air)
  9. Membelit (jaring, gill net)
  10. Menjepit lalu menangkap

Klasifikasi menurut Miyamoto Hideaki (1956)

  1. Cara menusuk lalu menangkap (harpoon untuk menangkap ikan paus)
  2. Cara mengait dan mengaitkan (jenis-jenis pancing)
  3. Cara menjepitkan dan memulir (untuk mengambil jenis-jenis kerang)
  4. Cara menggaruk atau mengais (untuk mengambil tiram yang terbenam dalam pasir)
  5. Cara masuk dipermudah dan dipersulit cara keluar (bubu)
  6. Cara menghadang dan mengarahkan arah renang ikan ke alat (sero)
  7. Cara menghadang dengan paksa lalu menangkap
  8. Cara menyungkup dari atas (jala)
  9. Cara menyerok, diserok dari bawah (tangguk)
  10. Cara menyerok horisontal (jenis trawl)
  11. Cara melingkari, membatasi dengan daerah luar, areal ruang gerak dipersempit (jenis purse seine)
  12. Cara menghamparkan alat, menunggu sampai ikan berada di atasnya, lalu diangkat dari bawah ke atas (stick held dipt net)
  13. Cara menjerat atau membelit (jenis-jenis gill net)

Klasifikasi menurut T. Laevastu (1965)

  1. Mengumpulkan (mengumpulkan moluska)
  2. Membunuh dan menahan secara serentak (penangkap ikan paus)
  3. Membunuh dan mengumpulkan (menggunakan racun, bahan peledak dan arus listrik)
  4. Menarik perhatian ikan, kemudian membunuh dan menangkap (pole and line)
  5. Menangkap, kemudian dibunuh dengan trap dan jaring

Klasifikasi menurut Statistik Perikanan Indonesia (1975)

  1. Trawl (untuk udang dan trawl lainnya)
  2. Pukat kantong (seine net) misalnya payang, dogol, pukat pantai
  3. Pukat cincin (purse seine)
  4. Jaring insang (gill net), misal insang hanyut, klitik dsb
  5. Jaring angkat (lift net), misal bagan
  6. Pancing (hook and line), misal long line, pole and line
  7. Perangkap (traps), misal sero, jermal, bubu
  8. Alat pengumpul kerang dan rumput laut (shell fish and seaweed collection with manual gear)
  9. Muroami
  10. Alat tangkap lainnya (misal tombak)

Klasifikasi menurut Nomura dan Yamazaki (1975)

  1. Alat tangkap yang memakai jaring (netting gear)
  1. Gill net, yaitu semua jenis gil net (surface, mid water, bottom dan sweeping gill net) kecuali yang terbelit.
  2. Entangled net, yaitu jaring yang menangkap ikan dengan terbelit (drift net dan trammel
  3. Towing net, jaring dalam operasinya ditarik atau didorong dan berkantong (beach seine, cantrang dan trawl)
  4. Lift net, yaitu jaring angkat (floating lift net, bottom lift net)
  5. Surrounding net, menangkap ikan dengan melingkarkan jaring dan ikan masuk ke kantong (purse seine)
  6. Covering net, menangkap ikan dengan menutup dari atas (jala, lantern)
  7. Trap net, menangkap ikan dengan perangkap (portable trap net dan building trap net
  1. Alat tangkap pancing

yaitu semua jenis pancing (long line, pole and line, trolling line, drift line)

c. Alat penangkap lainnya (harpoons, skop, electrical fishing)

Klasifikasi menurut Von Brandt (1984)

  1. Menangkap ikan dengan tidak mengunakan alat
  2. Menangkap ikan dengan menjepit dan menggunakan alat untuk melukai (tombak)
  3. Menangkap ikan dengan memabukkan (bahan peledak, racun dan listrik)
  4. Menangkap ikan dengan memancing
  5. Menangkap ikan dengan perangkap (sero, bubu)
  6. Menangkap ikan dengan menggunkan perangkap yang terapung (ikan sedang melompat)
  7. Bagnets (scoop net)
  8. Menangkap ikan dengan menarik alat tangkap (jenis Trawl)
  9. Seine nets, yaitu alat tangkap dengan menggunakan sayap kemudian ditarik (beach seine)
  10. Surrounding net, yaitu alat tangkap melingkari gerombolan ikan dengan menutup bagian tepi dan bawah jaring (purse seine)
  11. Drive in net, yaitu alat tangkap yang ditarik oleh tenaga manusia (biasanya berukuran kecil)
  12. Lift net, yaitu semua jaring angkat (bagan)
  13. Falling gear, menangkap ikan dengan melempar alat dari atas ke bawah (jala)
  14. Gill net, yaitu semua jenis jaring insang
  15. Tangle nets, menangkap ikan dengan jaring, agar ikan terbelit
  16. Harvesting machinnes, semua jenis alat tangkap dengan menggunakan mesin (fish pump)

H. Pengertian bahan atau alat penangkapan ikan


Alat-alat penangkapan ikan (fishing gear)

Bahan untuk membuat alat penangkapan ikan (fishing gear material)

Difinisi

Bahan alat penangkapan ikan (fishing gear material) adalah segala macam bahan yang digunakan untuk membentuk satu kesatuan alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan (fishing gear) adalah segala macam alat yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan, termasuk alat tangkap, kapal dan alat bantu lainnya

Faktor –faktor Usaha Penangkapan Ikan

  1. Konstruksi alat penangkapan yang cocok

  1. Ketrampilan nelayan

  1. Bahan yang digunakan (tambahan)

1. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan

Semakin menuju ke arah spesifikasi berdasarkan prinsip-prinsip penggunaan maupun pertimbangan tertentu (fishing ground, tujuan penangkapan dsb)

contoh berbagai modifikasi alat trammet net, arad, long line, pole and line, pakan dsb

2. Ketrampilan Nelayan

Kemampuan nelayan dalam arti luas

Contoh :

Mempersiapkan rencana operasional

Menangani masalah di lapangan

Tolok ukur ketrampilan, yaitu pengalaman dan pelatihan nelayan

3. Bahan yang digunakan

Nelayan bebas untuk memilih bahan yang cocok, seiring ditemukannya berbagai macam bahan sintetis atau alami

Masing-masing jenis bahan berbeda dalam pembuatan alat penangkapan ikan

Kesalahan pemilihan dan penggunaan bahan, akan mempengaruhi kegagalan usaha penangpakan ikan

I. Jenis-jenis Bahan


  • Terdiri dari Bahan tekstil dan Bahan non tekstil
  • Bahan tekstil dan non tekstil digunakan bersama didalam menyusun alat tangkap, hanya tergantung dari perbandingan masing-masing menurut fungsinya.
  • Perbandingan tergantung jenis alat , bahan yang satu merupakan pelengkap yang lain

Bahan Tekstil

Tersebar dalam pasaran dengan berbagai merek dagang

Tidak semua bahan tekstil efektif untuk pembuatan alat penangkap ikan

Bahan tekstil teridiri dari : Tekstil serta alam dan Tekstil serat buatan (sintetis)

Pada saat ini bahan tekstil keberadaannya sudah mendesak serta alam, karena mempunyai daya tahan yang lama dan mempunyai sifat lebih efisien.

1. Serat alam

Berasal dari tumbuhan, yaitu

Serat biji (cotton, kapok)

Serat kulit batang (rami, henep, yute, rosella, ijuk)

Serat daun (sisal, manila, yucca, agel)

Serat buah (sabut kelapa)

Berasal dari hewan , yaitu Sutera dan Wool

2. Serat sintetis

Merupakan hasil senyawa kimia (Man made fibres), yaitu berasal dari proses penggandaan (polimerisasi) bahan alam atau disebut dengan Polimer- polimer

Terdiri dari :

1. Natural polimer

2. Syntetic polimer

1. Natural polimer

Hasil proses polimerisasi dari bahan cellulose atau protein baik tumbuhan maupun hewan

Jarang dipakai untuk membuat alat penangkap ikan

Sifatnya hampir sama dengan serat alami

Harga lebih mahal

Contoh natural polimer

  1. Berasal dari kayu dan bambu (viscose, rayon, acetate)
  2. Berasal dari protein tumbuhan (alginota, vicva, ardil, silkool, azlon)
  3. Berasal dari protein hewan (lanital, fibralon, casenca, coslen)

2. Sintetis polimer

Hasil proses polimerisasi

Bahan dasar batu bara, minyak bumi dsb.

Banyak digunakan dalam pembuatan alat penangkap ikan

Sebagai pengganti serat alam

Lebih menguntungkan jika dibanding serat alam, natural polimer (tahan pembusukan, pelapukan, kekenyalan, daya lentur dsb)

Contoh sintetis polimer

Polyamide

Polyester

polyvinyl

Polyvinyl alcohol

Polyvinyl chloride

Polyethelena

Campuran semuanya

Jenis bahan tekstil yang biasa dipakai pada alat penangkap ikan, antara lain :

Trawl net (polyamide, polyethelena, manila henep)

Gill net (polyamide, polyester, polypropelena, cotton, silk)

Long line dan purse seine (polyamide, polyvinyl alcohol, cotton)

Trap net (polyamide, copolymen, cotton, manila)

Jenis bahan non tekstil pada umumnya dipakai sebagai bahan pelengkap

Kecuali pada alat-alat : bubu, bagan, tombak, kait dll

Sebagai bahan pelengkap, yaitu sebagai pelampung, pemberat, gandar dll

Perbedaan sifat bahan

Serat alam

. Mudah membusuk

. Terdiri dari staple fibres

. Tidak dipengaruhi oleh UV

. Tidak seberapa kuat

. Menyerap air

. Tidak mencair

Serat sintetis

. Tidak mudah busuk

. Kebanyakan contonous filament fibres

. Beberapa dipengaruhi oleh UV

. Kebanyakan kuat

. Tidak menyerap air

. Mencair pada temperatur tertentu

Persyaratan bahan

Berdasarkan prinsip ekonomi, yaitu memperoleh alat tangkap ikan paling efektif dengan ongkos dan tenaga sekecil mungkin

Sehingga :

1. Murah harganya

2. Cocok sifatnya

3. Mudah diperoleh

Cocok sifatnya

. Berat jenis yang sesuai

. Kecepatan tenggelam

. Daya tahan terhadap tarikan (sebelum dan sesudah dibentuk simpul)

. Daya tahan terhadap gesekan

. Daya tahan terhadap pembusukan (pengaruh air laut dan sinarmatahari)

. Elastisitas (kekenyalan)

. Tidak mudah berkarat

J. Fungsi Bagian Alat Penangkap Ikan


Bagian alat yang sifatnya umum mempunyai fungsi yang hampir sama pada setiap alat tangkap

Bagian alat yang sifatnya khusus, masing-masing bagian alat tangkap mempunyai fungsi yang berbeda

Bagian alat tangkap yang sifatnya umum :

  1. Pelampung
  2. Pemberat
  3. Bagian lainnya

1. Pelampung

Berfungsi sebagai alat pengapung alat tertentu sesuai dengan tujuannya

Pada alat yang dioperasikan di permukaan, akan memberikan daya apung pada alat secara keseluruhan (gill net, lampara dan purse seine)

Pada alat tangkap pertengahan atau dasar perairan, fungsi pelampung adalah untuk mengangkat bagian atas dari alat tersebut agar tetap berdiri tegak dalam permukaan air pada kedalaman tertentu

Pada bagian atas mulut jaring (payang dan trawl), pelampung berfungsi untuk membuka mulut jaring dengan sempurna. Biasanya bekerja sama dengan pemberat

Pada ujung sambungan long line, pelampng berfungsi ganda, yaitu untuk mengapungkan alat dan juga sebagai tanda atau batas antar basket

Pada bubu dasar, pelampung berfungsi sebagai tanda agar mudah dikenali

2. Pemberat

Pada alat dasar perairan, pemberat berfungsi untuk menenggelamkan alat secara keseluruhan dan juga untuk mempertahankan kedudukan alat pada posisinya (jangkar)

Pada alat permukaan perairan, pemberat berfungsi sebagai beban untuk menambah kecepatan tenggelam pada bagian tertentu agar ikan cepat terkurung (purse seine, payang, lampara)

Pada gill net, pemberat berfungsi ganda yaitu untuk menenggelamkan bagian tertentu dari alat, juga untuk mempertahankan kedudukan alat tidak berubah

Pemberat bersama pelampung dapat untuk membentuk alat agar mempunyai bentuk tertentu

3. Bagian lain :

Lembaran jaring berfungsi untuk menghadang atau membatasi pergerakan ikan yang akan ditangkap

Tali ris berfungsi untuk melindungi dan memperkuat bagianlembaran jaring serta untuk mempermudah penarikan (hauling)

Tali pelampung berfungsi untuk melekatnya pelampung

Tali pemberat berfungsi untuk melekatnya pemberat

Pancing berfungsi untuk mengaitkan umpan

Bagian perangkap berfungsi untuk mengelabuhi ikan agar dapat masuk ke penampungan ikan

K. Pemeliharaan Alat Tangkap


w Kerusakan atau penurunan kekuatan alat penangkap ikan disebabkan oleh :

  1. Pengaruh mekanis
  2. Perubahan sifat-sifat bahan karena reaksi kimia
  3. Pengerusakan oleh jasad-jasad renik
  4. Pengaruh alam

w Kerusakan tidak dapat dicegah, tetapi hanya dapat menghambat yaitu memelihara dengan jalan mengawetkan agar tahan lama.

w Memelihara dapat dilakukan dengan cara :

  1. Menyimpan dalam tempat yang aman
  2. Menghindarkan dari : penyinaran matahari yang terlalu terik dan menghindari dari pengotoran-pengotoran
  3. Pemakaian dengan cara hati-hati
  4. Memperbaiki kerusakan kecil sedini mungkin

  1. Menyimpan dalam tempat yang aman

Disimpan pada tempat yang bebas dari binatang mengerat dan bebas atau jauh dari sumber api

Perlu disimpan dalam gudang yang baik dan bersih serta jauh dari kemungkinan bahaya kebakaran

  1. Menghindarkan dari sinar matahari terik

Bahan jaring hendaknya jangan dijemur dari sinar matahari langsung.

Bila kena sinar matahari langsung akan menjadi lapuk

Alat yang baru dipakai hendaknya dicuci dengan air tawar, kemudian ditiriskan di tempat yang sejuk sampai kering

Kemudian baru diangkat dan dimasukkan dalam gudang

Tempat penyimpanan hendaknya bersih dari bekas minyak, bekas kotoran ikan dll. Hal ini untuk menghindari kerusakan secara kimia maupun jasad renik

3. Pemakaian alat dengan hati-hati

Terutama pada saat setting maupun hauling

Pastikan fishing ground aman dari batu karang, tonggak-tonggak dll

Bersihkan alat penangkap ikan dari sampah atau kotoran lain yang menempel, terutama gill net dan trawl.

4. Memperbaiki kerusakan kecil sedini mungkin

Kerusakan awal kebanyakan disebabkan oleh :

Pergesekan alat dengan benda lain (badan kapal dsb)

Tersangkut oleh benda lain (karang, tonggak dll)

Digigit atau kena sirip ikan atau gerakan ikan yang akan melepaskan diri

Sengaja disobek oleh nelayan (kerusuhan)

w Kerusakan tersebut biasanya disebut kerusakan mekanis. Hal ini harus segera diperbaiki. Kalau tidak akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah sehingga akan menurunkan hasil tangkapan

Cara pengawetan alat tangkap ikan

w Tujuan umum pengawetan

  1. Untuk mempertahankan agar alat dapat tahan lama
  2. Penghematan biaya dan tenaga
  3. Memperlancar operasional

w Tujuan khusus pengawetan, yaitu menjaga dan mencegah kerusakan dari kerusakan mekanis, proses kimia, jasad renik dan pengaruh alam (terutama sinar matahari)

w Cara pengawetan ada 2, yaitu :

  1. Secara tidak langsung, yaitu dengan jalan pemeliharaan

  1. Secara langsung, yaitu :

a. dengan cara mencegah kontaminasi

b. dengan cara sterilisasi

c. dengan cara kombinasi

Cara mencegah kontaminasi

w Dilakukan dengan cara menyamak alat penangkap ikan dengan bahan penyamak

w Tujuan penyamakan, yaitu bahan dapat terlindung oleh bahan penyamak dari kontaminasi bakteri atau jasad renik lainnya

w Ada 3 bahan penyamak yang biasa digunakan oleh nelayan :

  1. Bahan penyamak nabati : tingi, turi dsb

  1. Bahan penyamak hewani : putih telur dan darah

  1. Bahan penyamak kimia : ter, coffer dan napthenase

Cara sterilisasi

w Pengawetan secara ini hampir tidak pernah dilakukan oleh nelayan

w Tujuannya adalah untuk membunuh mikroorganisme yang melekat pada alat penangkap ikan, agar tidak merusak

w Cara sterilisasi

1. Menjemur alat pada panas matahari

w bahan jaring dari serat alam harus dijemur dengan sinar matahari terik, tetapi bahan dari serat sintetis tidak boleh dijemur dengan sinar matahari terik

w Penjemuran pada serta alam untuk membunuh atau mencegah aktifitas miokroorganisme yang menempel pada alat jaring.

  1. Perebusan

w alat direbus atau dimasukkan pada air yang mendidih, agar mikroorganisme yang menempel akan mati

w Setelah direbus, lalu dijemur pada matahari sampai kering

  1. Cara kombinasi

w Secara tidak sadar cara ini paling banyak dilakukan oleh nelayan

L. Jenis-jenis Kapal Ikan


Tipe atau jenis kapal perikanan :

Erat kaitannya atau ditentukan oleh jenis alat tangkap ikan yang digunakan

Sesuai dengan tujuan atau sasaran jenis ikan yang akan ditangkap

Jenis ikan yang akan ditangkap sangat beraneka ragam dengan alat tangkap yang beranekaragam pula, maka akan berpengaruh terhadap banyaknya jenis kapal perikanan

Karena banyaknya jenis kapal, maka jenis kapal perikanan dapat dikelompokkan secara internasional berdasarkan kesamaan alat tangkap yang dioperasikan, yaitu :

  1. Kapal Jaring Lingkar (Seiner)

a). Purse Seiner (sistem satu kapal atau dua kapal)

b). Mini Purse Seiner

c). Danish Seiner (kapal dogol/lampara/cantrang

2. Kapal Jaring Tarik (Trawler)

Meliputi :

Bottom trawler :

Shrimp trawler (double rig dan stern trawler)

Fish trawler (umumnya stern trawler)

Mid Water Trawler

Pair Trawler (dengan dua kapal)

Beam Trawler (dengan gawang pembuka mulut)

3. Kapal Jaring Insang (Gill Netter)

Meliputi :

Kapal Jaring Insang Hanyut (Drift gillnetter)

Kapal Jaring insang Tetap (fixed Gillnetter)

Kapal Jaring Insang Lingkar (Encircling Gillnetter)

4. Kapal Pancing (Liner)

Meliputi :

Kapal Tuna Long line (Tuna Long liner)

Kapal Rawai Dasar (Bottom Long Liner)

Kapal Huhate (Pole and Liner)

Kapal Pancing Ulur (Vertical Liner)

Kapal Pancing Tonda (troller)

Kapal Pancing cumi-cumi (Squid Jigger

Kapal Garuk (Dragger)

Kapal Bubu (Trapper)

Kapal Pengolah Ikan (Factory Ship)

Kapal Pengangkut Ikan (Fish Carrier)

Kapal Penelitian ( Fishery Research Vessel)

Kapal Latih (Fishery Trainning Vessel)

Kapal Patroli Perikanan (Fishery Patrol Boat)